Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia, Dampak Boikot Pro-Israel
Starbucks dilaporkan telah menutup puluhan gerainya di Malaysia di tengah maraknya boikot terhadap merek-merek dan produk yang dianggap mendukung Israel. Boikot ini tidak hanya terjadi di Malaysia, tetapi juga meluas ke masyarakat internasional yang semakin menunjukkan kepedulian terhadap konflik di Timur Tengah.
Menurut laporan media Malaysia, The Rakyat Post, Starbucks menutup sementara 50 dari total 408 gerainya di seluruh negeri. Meskipun tidak secara langsung diakui sebagai akibat dari boikot anti-Israel yang meluas sepanjang tahun lalu, pihak terkait mengakui bahwa keputusan tersebut berhubungan dengan serangan berkelanjutan Israel di Jalur Gaza.
Penutupan tersebut mencakup 12% dari seluruh gerai Starbucks di Malaysia, dua kali lipat dari 6% gerai yang ditutup pada kuartal sebelumnya.
BACA JUGA: MUI Ajak Masyarakat Tak Bosan Boikot Produk Israel
Dalam laporan yang dirilis akhir Agustus, Berjaya Food – perusahaan yang mengoperasikan jaringan Starbucks di Malaysia – menyebutkan bahwa penurunan pendapatan yang signifikan serta kerugian sebelum pajak pada kuartal terkait dipengaruhi oleh sentimen negatif terhadap konflik di Timur Tengah.
Berjaya Food dilaporkan mengalami kerugian bersih sebesar RM38,2 juta (sekitar 8,6 juta dolar AS atau 129 miliar rupiah) dalam tiga bulan yang berakhir pada Juni. Penjualan perusahaan ini juga anjlok lebih dari setengahnya. Dalam periode yang sama, kerugian bersih tahunan tercatat sebesar $20,5 juta atau sekitar 307,5miliar rupiah.
Meskipun kerugian ini berkaitan dengan dampak konflik Timur Tengah, pihak Berjaya Food menegaskan kepada The Business Times pada Agustus bahwa sebagian besar toko yang ditutup hanya bersifat sementara. Penutupan ini merupakan bagian dari evaluasi untuk memangkas biaya tanpa menimbulkan pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Yang penting, tidak ada karyawan yang terdampak oleh penutupan permanen maupun sementara. Mereka telah dipindahkan ke toko-toko terdekat untuk memastikan pelayanan kepada pelanggan tetap berjalan lancar,” ujar pihak Berjaya Food dalam pernyataannya.
Penutupan gerai Starbucks ini menjadi sorotan, mengingat langkah ini terjadi di tengah kesadaran global yang meningkat terhadap isu sosial dan politik yang melibatkan merek-merek besar dunia. Situasi ini menunjukkan bagaimana sentimen publik dapat memengaruhi keputusan bisnis secara signifikan.