Perang Berkepanjangan di Gaza dan Lebanon: Israel Hadapi Krisis Keterbatasan Personel Militer

Lebih dari setahun berperang melawan Hamas di Jalur Gaza dan kini bertempur melawan Hizbullah di Lebanon, militer Israel mulai menghadapi kesulitan dalam merekrut tentara. Pasukan cadangan Israel dilaporkan mengalami kelelahan dalam perang yang terus berkecamuk di kawasan tersebut.

Menurut laporan AFP pada Rabu (30/10/2024), militer Israel telah memanggil sekitar 300.000 tentara cadangan sejak serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, yang memicu perang tanpa henti di Jalur Gaza hingga saat ini.

Tonton Juga: Taktik Tentara Israel Pakai Warga Sipil Palestina sebagai Tameng

Militer Israel mengakui bahwa sekitar 18 persen dari ratusan ribu tentara cadangan ini adalah pria berusia di atas 40 tahun yang seharusnya sudah dibebaskan dari wajib militer. Wajib militer di Israel berlaku sejak usia 18 tahun bagi pria dan wanita, meskipun ada sejumlah pengecualian.

Israel saat ini menghadapi perang di beberapa front, melawan Hamas di Jalur Gaza dan Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon.

130 tentara Israel menuntut pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyepakati gencatan senjata di Jalur Gaza Palestina melalui sebuah petisi surat. (Foto: via REUTERS/AVI OHAYON/GPO)

Sejak meluncurkan serangan darat di Jalur Gaza pada 27 Oktober tahun lalu, militer Israel telah kehilangan 367 tentaranya dalam operasi tersebut. Sekitar 37 tentara Israel lainnya tewas dalam pertempuran melawan Hizbullah di Lebanon, sejak operasi darat dimulai di wilayah selatan negara itu pada 1 Oktober.

Baca Juga: Spayol Batalkan Pembelian Amunisi dengan Perusahaan Israel

Masa tugas untuk tentara cadangan diperpanjang, dengan sejumlah personel mengeluh karena tidak dapat menjalani kehidupan normal selama enam bulan berturut-turut. Salah satu tentara cadangan, Ariel Seri-Levy, menyatakan di media sosial bahwa dirinya dipanggil untuk wajib militer sebanyak empat kali sejak serangan 7 Oktober tahun lalu.y

Dia mengkritik orang-orang yang menginginkan pasukan Israel tetap berada di Lebanon dan Gaza. “Kita harus mengakhiri perang ini karena kita kekurangan tentara,” ujarnya, menambahkan bahwa “konsesinya terlalu besar.”

Seorang tentara cadangan lain, yang merupakan ayah dua anak dan tidak ingin menyebutkan namanya, mengatakan kepada AFP bahwa “kelelahan dan kepenatan moral semakin berat, terutama karena saya kehilangan pekerjaan.”

Banyak pekerja lepas terpaksa menutup toko mereka karena perang, meskipun pemerintah Tel Aviv menjamin pendapatan minimum bagi tentara cadangan. “Kolektif masih di atas individu, namun kerugiannya terlalu besar bagi keluarga saya,” kata tentara cadangan itu, yang menghabiskan enam bulan di Jalur Gaza sepanjang tahun ini.

Sharing

Leave your comment