Pemilu AS Tidak Akan Merubah Keadaan: Harris & Trump Pendukung Genosida Israel Di Gaza
TAWAF.TV – JAKARTA. Calon presiden dari Partai Demokrat Amerika Serikat (AS) Kamala Harris, berjanji akan berupaya menciptakan stabilitas keamanan si Timur Tengah, terutama mengakhiri perang Israel di Jalur Gaza, jika terpilih sebagai presiden.
Pernyataan tersebut disampaikan Harris pada sesi kampanye di negara bagian Michigan, dua hari menjelang pelaksanaan Pemilu AS pada 5 November 2024.
“Ini sangat menghancurkan, dan sebagai presiden, saya akan melakukan segala yang saya bisa untuk mengakhiri perang di Gaza, membawa pulang para sandera, mengakhiri penderitaan di Gaza, memastikan keamanan Israel, serta menjamin hak rakyat Palestina untuk bermartabat, merdeka, aman, dan memiliki penentuan nasib sendiri,” ujar Harris.
Isu konflik Palestina digunakan Harris untuk mendulang dukungan pemilih di Michigan yang mayoritasnya adalah komunitas Arab dan Muslim terbesar, serta 15 suara Electoral College yang diperebutkan, menjadi sangat penting bagi peluang kemenangan Harris.
Selain Michigan, negara bagian Arizona, Georgia, Nevada, North Carolina, Pennsylvania, dan Wisconsin juga dianggap sebagai wilayah negara bagian kunci dalam pemilu kali ini.
Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin, yang sebelumnya dikenal sebagai basis Demokrat yang andal, kembali menjadi medan pertempuran penting.
Harris dan rivalnya Donald Trump telah menghabiskan waktu yang cukup signifikan untuk berkampanye di negara-negara bagian ini dengan pemahaman bahwa setiap negara bagian tersebut berpotensi menentukan hasil pemilu.
Harris dan Trump vokal menggunakan Isu Palestina untuk saling berebut pengaruh di tujuh negara bagian tersebut.
Merespon persaingan ketat para calon dalam kontestasi Pilpres AS, warga Palestina, terutama di Tepi Barat menilai, siapapun yang terpilih, Haris ataupun Trump tidak akan menghentikan dukungan politik dan militer Washington mendukung Israel lakukan genosida brutal di Palestina.
“Kami tidak mengharapkan apa-apa dari pemerintahan AS yang akan datang atau kandidat yang akan memenangkan pemilu,” kata Mahmoud Nawajaa, koordinator Komite Nasional Palestina untuk Boikot Israel (BDS), kepada Anadolu Agency, Rabu (30/10).
Lebih dari 43.100 orang telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 101.500 terluka akibat pendudukan brutal Israel sejak 7 Oktober 2023.
“Genosida yang dilakukan terhadap rakyat kami di Gaza, dan semua kejahatan lain yang terjadi di Palestina dan Lebanon tidak akan terjadi tanpa dukungan AS,” tegas Nawajaa.
Nawaja menambahkan, hasil pemilu AS tidak akan merubah keadaan. Ia menilai, Israel adalah ujung tombak proyek imperialisme AS di Palestina.
“Pelpres AS tidak akan membuat perbedaan, satu-satunya jalan terletak pada kemampuan rakyat Palestina dan negara-negara Arab untuk menekan rezim-rezim penjajah untuk mengubah posisi mereka dan bekerja menuju keruntuhan sistem penjajahan,” ucapnya.
Kepada Anadolu Agency, Jamal Juma, koordinator Kampanye Tembok Anti-Apartheid akar rumput Palestina, juga mengemukakan pandangan yang sama. Mewakili rakyat Palestina, dia sama sekali tidak menaruh kepercayaan apapun pada pemilu AS.
“Kami tidak menaruh kepercayaan apa pun pada pemilu AS, selama bertahun-tahun, kedua partai di Amerika telah terbukti menjadi dua sisi dari satu mata uang yang sama,” tegasnya.
Menurutnya, sudah jelas Zionis mengendalikan keputusan AS karena dominasi mereka atas pusat-pusat keuangan dan media. Salah satu buktinya adalah pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel ketika dia masih berada di Gedung Putih pada 2017.
Sementara pesiden Joe Biden saat ini telah melakukan hal yang lebih buruk lagi dengan mendukung dan terus membenarkan genosida Israel.
Sejauh ini, baik di era Trump maupun Biden, AS terlibat aktof dalam genosida dengan pesawat dan bomnya. Mereka bersaing untuk memberikan dukungan paling banyak kepada penjajah Israel.
Kenyataan tersebut akan terulang kedepannya. Baik kandidat Partai Republik, Trump, atau saingannya dari Partai Demokrat, Harris. Mereka memandang proyek Zionis sebagai bagian dari kepentingan dan agenda mereka.
“Masalah utama kami adalah dengan AS dan pendekatannya yang rasis, superior, dan tidak manusiawi terhadap perjuangan Palestina,” pungkasnya.
Sementara itu, aktivis Palestina, Omar Assaf mengatakan, siapa pun yang bergantung pada pemilu AS adalah orang yang delusional. Baginya, AS beroperasi melalui lembaga-lembaganya untuk terus mendukung agresi Israel.
“Semua pemerintahan AS, baik dari Partai Republik maupun Demokrat, memiliki kebijakan untuk mendukung Israel secara politik dan militer serta memberikan perlindungan dan platform di berbagai forum internasional, sehingga kami tidak memiliki kepentingan dalam pemilihan ini,” ujarnya.
Menurutnya, perang Gaza telah memperlihatkan wajah asli AS yang mendanai dan mendukung Israel. Ia menilai, AS yang selama ini mengaku membela etika, demokrasi, dan hak asasi manusia, hanyalah omong kosong.
“Tidak ada yang perlu diharapkan dari pemilu AS, satu-satunya jalan, kami harus mengandalkan diri kami sendiri dan Perlawanan kami, AS akan terus mendukung agresi Israel dan tidak akan ragu-ragu untuk memberikan perlindungan politik untuk itu,” tambahnya