Mogok Makan untuk Protes Blokade Bantuan Kemanusiaan di Gaza
Yordania –Â Puluhan massa Pro Palestina di Yordania, menggelar aksi mogok makan sebagai bentuk protes atas blokade bantuan kemanusiaan di Gaza Palestina (9/11).
Para peserta menuntut pemerintah Yordania untuk memfasilitasi setidaknya 500 truk bantuan ke Jabalia, Beit Lahia, Beit Hanoun, dan Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara.
Kota-kota tersebut telah mengalami pemboman dan pengepungan Israel yang intens selama lebih dari sebulan.
Setidaknya 60 warga Yordania telah memulai mogok makan terbuka, mendesak diakhirinya blokade Israel di Gaza utara.
Lihat Juga: Krisis Gaza Selatan: MER-C Laporkan Kelaparan Meluas Akibat Blokade Israel
Para pengunjuk rasa menuntut pemerintah Yordania agar membantu memfasilitasi bantuan ke wilayah Palestina, dan melawan rencana Israel yang dilaporkan untuk mengusir warga Palestina dari wilayah tersebut secara permanen.
“Kami menuntut penutupan penyeberangan Yordania untuk barang-barang yang menuju Israel hingga bantuan medis dan kemanusiaan yang cukup dikirimkan ke Gaza utara,” kata Mohammed Awda, salah satu pemogok.
Para pengunjuk rasa memulai aksinya pada 1 November di luar kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat di Amman. Mereka menyebut aksinya sebagai kampanye “Lempar Tongkatmu”, seperti perlawanan Yahya Sinwar.
Para pengunjuk rasa menilai otoritas Yordania mengabaikan tuntutan mereka, meskipun telah berunjuk rasa selama lebih dari seminggu.
Lihat Juga: Aktivis Yordania Mogok Makan untuk Protes atas Blokade Bantuan Kemanusiaan di Gaza Palestina
Mereka mengklaim bahwa kesehatan dan kebutuhan kemanusiaan mereka diabaikan dan telah melakukan aksi duduk di luar Dewan Nasional untuk Hak Asasi Manusia sebagai tanggapan.
Awal minggu ini, sekelompok pemogok berusaha berkumpul di Kompleks Asosiasi Profesional Yordania, tetapi petugas keamanan meminta mereka untuk pergi, memperingatkan kemungkinan penangkapan.
Sebelumnya, beberapa pengunjuk rasa mencoba menyampaikan tuntutan mereka langsung kepada Perdana Menteri Jafar Hassan tetapi diminta untuk kembali selama jam kerja, menurut Awda.
Azem al-Qaddoumi, kepala Dewan Asosiasi Profesional, menjelaskan bahwa para pengunjuk rasa awalnya dicegah untuk tetap berada di dalam gedung karena kurangnya pengaturan sebelumnya.
“Mereka mogok atas inisiatif mereka sendiri,” katanya meskipun ia menambahkan bahwa permintaan mereka untuk menggunakan fasilitas tersebut sedang dipertimbangkan.
Para pemimpin Yordania menghadapi keseimbangan yang menantang karena dukungan publik untuk warga Palestina di Gaza meningkat sementara mereka berusaha untuk mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel.
Yordania, yang menjadi rumah bagi banyak keturunan pengungsi Palestina yang melarikan diri selama Nakba, sering menyaksikan demonstrasi besar-besaran yang mendukung perlawanan Palestina di Gaza.