Mahasiswa Harvard Akhiri Protes Terkait Konflik Timur Tengah Usai Capai Kesepakatan
Setelah berhari-hari mendirikan tenda dan melakukan demonstrasi di Harvard Yard, para mahasiswa Harvard yang menentang perang di Gaza akhirnya membongkar tenda mereka. Langkah ini diambil setelah pihak universitas menyepakati untuk membuka dialog berkenaan dengan dana abadi yang digunakan oleh universitas yang berkaitan dengan konflik Israel dan Palestina. Protest tersebut berakhir secara damai, berbeda dengan beberapa kampus lain yang mengalami pembubaran paksa oleh aparat kepolisian.
Kelompok demonstran yang menamakan diri Harvard Out of Occupied Palestine mengungkapkan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka merasa demonstrasi telah berlangsung lebih lama dari yang diperlukan untuk menarik perhatian terhadap tuntutan mereka. Alan Garber, Presiden sementara Universitas Harvard, telah menyepakati untuk mengadakan pertemuan antara para pengunjuk rasa dan pejabat universitas.
Selama musim semi, demonstrasi serupa telah diadakan di banyak kampus di seluruh negeri, menyerukan agar universitas-universitas tersebut memutuskan hubungan dengan Israel dan perusahaan yang mendukung operasinya. Konteks yang memicu aksi protes ini adalah perang yang berlangsung antara Hamas dan Israel sejak 7 Oktober, yang telah menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 250 lainnya.
Universitas Harvard juga mengumumkan bahwa presiden universitas dan Dekan Fakultas Seni dan Ilmu Pengetahuan, Hopi Hoekstra, akan bertemu dengan para pengunjuk rasa untuk mendalami lebih jauh konflik di Timur Tengah. Para pengunjuk rasa telah mencapai kesepakatan untuk bertemu dengan pejabat dari Harvard Management Company, yang mengelola dana abadi akademik terbesar di dunia.
Dalam pernyataan para pengunjuk rasa, disebutkan bahwa agenda pertemuan akan mencakup diskusi tentang pengungkapan, divestasi, dan reinvestasi, serta pembentukan Pusat Studi Palestina. Harvard juga telah menawarkan untuk mencabut skorsing terhadap lebih dari 20 mahasiswa dan menghapus sanksi disiplin yang dihadapi oleh 60 mahasiswa lainnya.
Menurut juru bicara pengunjuk rasa, sejak didirikan tiga minggu yang lalu, kamp protes telah memperluas dan memperdalam solidaritas untuk Palestina di kampus. “Gerakan ini telah mendorong pengungkapan dan divestasi di Harvard,” tambah juru bicara tersebut.