Kisah Singkat Ilmuwan Islam Al-Biruni
Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, atau lebih dikenal sebagai Al-Biruni, lahir pada tahun 973 M di Kath, Khwarezm (sekarang Uzbekistan). Ia tumbuh di lingkungan yang kaya akan ilmu pengetahuan dan budaya, yang mempengaruhi perkembangan intelektualnya.
Sejak muda, Al-Biruni menunjukkan bakat luar biasa dalam berbagai bidang ilmu. Ia menguasai bahasa Arab, Persia, Sansekerta, dan Yunani, yang memungkinkannya mengakses berbagai sumber pengetahuan dari berbagai peradaban.
Al-Biruni dikenal sebagai ilmuwan multidisiplin. Ia menguasai dan memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai bidang, termasuk astronomi, matematika, geografi, sejarah, farmasi, dan geologi. Keluasan pengetahuannya membuatnya dijuluki “Leonardo da Vinci dari Timur”.
Salah satu prestasi terbesar Al-Biruni adalah dalam bidang astronomi. Ia berhasil menghitung jari-jari bumi dengan tingkat akurasi yang luar biasa untuk zamannya, hanya berbeda sekitar 16,8 km dari perhitungan modern.
Al-Biruni juga memberikan kontribusi penting dalam bidang matematika. Ia mengembangkan metode untuk menghitung akar kuadrat dan kubik, serta menulis tentang teori trigonometri. Karyanya “Al-Qanun Al-Mas’udi” membahas berbagai aspek astronomi dan matematika.
Dalam bidang geografi, Al-Biruni mengembangkan metode untuk menentukan koordinat geografis suatu tempat. Ia juga menulis tentang geologi dan mineralogi, bahkan mengemukakan teori tentang erosi dan sedimentasi jauh sebelum ilmuwan Barat.
Salah satu karya terpenting Al-Biruni adalah “Tarikh Al-Hind” (Sejarah India), yang merupakan hasil studinya selama tinggal di India. Buku ini menjadi sumber penting tentang sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan India kuno. Al-Biruni juga dikenal sebagai pelopor antropologi lintas budaya. Ia mempelajari dan menulis tentang berbagai budaya dengan obyektif dan tanpa prasangka, sebuah pendekatan yang sangat maju untuk zamannya.
Meskipun hidup di masa yang penuh gejolak politik, Al-Biruni tetap produktif dalam karya ilmiahnya. Ia menulis lebih dari 140 karya dalam berbagai bidang ilmu, meskipun hanya sekitar seperempatnya yang masih ada hingga saat ini. Al-Biruni wafat pada tahun 1048 M di Ghazni (sekarang Afghanistan) pada usia 75 tahun. Warisan intelektualnya terus mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam dan Barat hingga berabad-abad setelah kematiannya.
*dirangkum dari berbagai sumber