Kehidupan Umat Muslim di Prancis
Kehidupan umat muslim di Prancis sangat kompleks. Hal itu dikarenakan sejarah panjang hubungan Prancis dengan dunia Islam, terutama sejak era kolonialisme di negara-negara Afrika Utara seperti Aljazair, Tunisia, dan Maroko. Umat muslim di Kota Mode merupakan kelompok minoritas agama terbesar di Eropa dengan populasi antara 5-6 juta orang (sekitar 8-10% dari total populasi Prancis).
Prancis menerapkan prinsip Sekularisme (laïcité) yang sangat kuat, yaitu pemisahan antara negara dan agama. Artinya, agama harus dijauhkan dari ruang publik. Hal tersebut membuat kebijakan negara kerap kali menyebabkan ketegangan bagi umat muslim yang ingin mengekspresikan identitas keagamaan mereka. Contohnya adalah larangan penggunaan simbol-simbol agama di sekolah umum dan lembaga pemerintah, termasuk larangan penggunaan hijab di sekolah-sekolah negeri sejak 2004.
Muslim di Prancis juga sering menghadapi diskriminasi dan prasangka, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di dunia kerja. Islamofobia menjadi isu pesat, dengan beberapa kelompok politik dan media yang mengaitkan Islam dengan ekstremisme atau ancaman terhadap nilai-nilai negara. Selain itu, serangkaian serangan teroris di Prancis oleh kelompok radikal telah memperburuk citra publik tentang umat Muslim, meskipun mayoritas penganut Islam di sana menolak kekerasan dan radikalisme.
Baca juga: Sukarelawan di Jalur Gaza Ditangkap Usai Kritik Pemerintah Prancis
Integrasi sosial dan ekonomi juga tantangan yang harus dihadapi umat muslim di Prancis. Banyak dari mereka yang tinggal di banlieue (pinggiran kota) sebagai kawasan kurang berkembang dengan tingkat pengangguran tinggi. Generasi muda muslim khususnya mereka yang lahir di Prancis dari orang tua imigran, terkadang merasa terasing baik dari identitas Prancis maupun akar budaya mereka.
Banyak umat muslim di Prancis memiliki latar belakang imigrasi dari Afrika Utara, Afrika Sub-Sahara, Turki, atau Asia Selatan. Kehidupan sehari-hari mereka di Prancis merupakan campuran dari tradisi agama dan budaya asal, serta pengaruh kehidupan modern Prancis. Praktik keagamaan di sana cukup bervariasi, dari sangat konservatif hingga lebih liberal. Hal itu menjadi perdebatan di dalam komunitas, tentang bagaimana menyeimbangkan ajaran Islam dengan tuntutan kehidupan modern.
Meskipun ada tantangan, komunitas muslim di Prancis terus berkembang. Jumlah masjid meningkat pesat selama beberapa dekade terakhir. Saat ini, ada lebih dari 2.300 masjid di seluruh negeri. Namun, pendirian masjid baru kerap dihadapkan pada penolakan dari masyarakat setempat karena khawatir akan “islamisasi” lingkungan.
Umat muslim di Prancis, banyak yang mengedepankan pendidikan Islam sebagai bagian penting dari identitas. Di sana ada sekolah-sekolah swasta muslim yang menyediakan pendidikan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam meski jumlahnya masih sangat kecil. Selain itu, upaya dakwah (penyebaran agama) terus dilakukan oleh berbagai organisasi Islam untuk memperkuat iman umat muslim di Prancis.
Sejak serangan teror di Prancis, pemerintah mengambil langkah keras untuk mengatasi radikalisasi. Mereka meningkatkan pengawasan terhadap tempat-tempat ibadah yang dianggap menyebarkan ideologi ekstremis dan menutup beberapa di antaranya. Program deradikalisasi juga diperkenalkan, meski efektivitasnya masih menjadi perdebatan.
Secara keseluruhan, kehidupan umat muslim di Prancis diwarnai dinamika. Itu antara keinginan untuk mempraktikkan agama secara bebas, dan tekanan dari lingkungan sekuler serta tantangan sosial-ekonomi yang dihadapi komunitas muslim di Kota Mode.
Foto: detik.com