Jejak Peradaban Islam di Italia
Tawaf tv – Italia, Islam memiliki sejarah panjang dengan Italia. Selama ini kita mengenal Italia sebagai pusat peradaban Romawi dan agama Katolik. Namun ternyata, Negeri Pizza juga pernah disinari oleh cahaya peradaban Islam.
Sejarah kehadiran Islam di Italia dimulai sejak abad ke-9 ketika pasukan Muslim dari Afrika Utara, yang dikenal sebagai Bangsa Saracen, menginjakkan kaki di Pulau Sisilia dan sebagian wilayah selatan Italia. Mereka tiba bukan hanya sebagai penakluk, tetapi juga sebagai pedagang, ilmuwan, dan penyebar budaya. Pengaruh mereka perlahan-lahan meluas dan memberikan dampak besar pada perkembangan wilayah tersebut.
Sisilia menjadi salah satu pusat peradaban Islam yang paling maju di Eropa pada masa itu. Ketika berada di bawah kekuasaan Emirat Aghlabiyah (827-902 M) dan kemudian Fatimiyah, Sisilia berkembang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kota Palermo, ibu kota Sisilia, menjadi pusat keilmuan yang menarik perhatian banyak ilmuwan dan sarjana dari berbagai belahan dunia.
Pada masa itu, Sisilia menjadi jembatan antara dunia Islam dan Eropa. Ilmuwan Muslim seperti Al-Idrisi, seorang ahli geografi dan kartografer terkenal, bekerja di bawah perlindungan Raja Roger II dari Sisilia. Karyanya, Tabula Rogeriana, menjadi salah satu peta paling detail dan akurat pada zamannya, menunjukkan seberapa besar pengaruh keilmuan Islam terhadap dunia Barat.
Jejak peradaban Islam juga dapat dilihat dari sisi arsitektur. Masjid dan bangunan bergaya Islam menghiasi kota-kota di Sisilia. Meskipun beberapa di antaranya telah berubah fungsi menjadi gereja atau bangunan lain, kita masih bisa melihat sisa-sisa kejayaan itu hingga kini. Salah satunya adalah Katedral Palermo yang memiliki gaya arsitektur campuran Norman, Arab, dan Bizantium.
Baca juga: Sejarah Keberadaan Umat Islam di Jerman
Baca juga: Mengenal Situs Islam Tertua di Inggris: Masjid Brougham Terrace, Liverpool
Selain itu, Istana Zisa di Palermo adalah contoh lain dari pengaruh arsitektur Islam. Istana ini dibangun dengan gaya yang terinspirasi dari bangunan-bangunan di Timur Tengah, lengkap dengan taman yang mengadopsi konsep taman Islam, yaitu adanya kolam air dan elemen-elemen simetris yang memberikan kesan kesejukan dan ketenangan.
Tak hanya di bidang arsitektur, Islam juga meninggalkan jejak yang signifikan dalam ilmu pengetahuan dan bahasa di Italia. Banyak istilah ilmiah yang diadopsi dari bahasa Arab ke dalam bahasa Italia, terutama di bidang matematika, astronomi, dan kedokteran. Misalnya, istilah algebra berasal dari bahasa Arab al-jabr, dan istilah zenith diambil dari kata Arab samt.
Ilmu kedokteran dan filsafat dari dunia Islam juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di Sisilia. Salah satu contoh terkenal adalah karya-karya Ibnu Sina (Avicenna) dan Al-Farabi yang menjadi rujukan penting di universitas-universitas Eropa pada abad pertengahan. Hal ini menegaskan bahwa Italia menjadi salah satu pintu masuk utama bagi pengetahuan dunia Islam ke Eropa.
Pada abad ke-11, kekuasaan Muslim di Sisilia mulai memudar ketika Bangsa Norman berhasil menaklukkan pulau tersebut. Namun, meskipun kekuasaan politik Islam berakhir, jejak budaya dan intelektualnya tetap bertahan. Pengaruh Islam masih bisa kita lihat di berbagai aspek kehidupan masyarakat Sisilia, terutama dalam tradisi kuliner, musik, dan bahasa lokal yang menyerap banyak kata dari bahasa Arab.
Hingga kini, kita masih bisa menemukan berbagai festival dan tradisi yang mencerminkan pengaruh budaya Islam. Beberapa komunitas Muslim yang datang pada masa modern ini pun mencoba merajut kembali benang merah sejarah panjang yang pernah ada, meskipun dalam konteks yang berbeda.
Jejak Peradaban Islam di Italia menunjukkan betapa besar pengaruh dan kontribusi peradaban Islam terhadap Eropa, khususnya Italia. Meskipun sering kali terlupakan, sejarah membuktikan bahwa Islam pernah menjadi bagian penting dalam membentuk kebudayaan dan peradaban di wilayah tersebut. Jejak-jejak yang masih tersisa hingga kini menjadi saksi bisu dari masa lalu yang penuh dinamika dan pertukaran budaya.
Foto: www.idntimes.com