Israel Jatuhkan Bom Satu Ton Ke Kamp Penuh Pengungsi Di Rafah
Ahad malam, kamp pengungsian di dekat gudang Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), berubah menjadi lautan api. Tangisan dan jeritan warga pengungsi yang berusaha mengevakuasi sanak saudaranya pecah, diantara lalapan api yang terus membesar. Melansir kantor berita Wafa 27 Mei 2024, Israel menjatuhkan satu ton atau seribu kilogram bom, tepat diatas kamp pengungsian di Rafah. Pasukan Israel dengan 8 rudalnya, menargetkan tenda-tenda warga Gaza yang tengah mencari perlindungan.
Akibat dari serangan tersebut, dilaporkan 40 orang tewas dan puluhan lainnya menderita luka bakar yang cukup serius. Rumah sakit juga kewalahan dengan datangnya jumlah korban yang terus bertambah, sementara fasilitas medis sangat terbatas
Kantor Media Pemerintah di Gaza mengatakan bahwa militer Israel telah menargetkan setidaknya 10 pusat pengungsian yang berafiliasi dengan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Palestina (UNRWA) dalam 24 jam terakhir. Dikatakan bahwa tempat penampungan yang menampung puluhan ribu warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah diserang di Jabalia, Nuseirat, Kota Gaza dan Rafah.
Dengan serangan terbaru di Rafah, jumlah korban tewas akibat serangan tersebut mencapai lebih dari 190 orang, menurut kantor tersebut. Mereka menambahkan bahwa serangan baru-baru ini di Rafah dilakukan dengan menggunakan tujuh bom seberat satu ton, yang menewaskan sedikitnya 40 orang, dan jumlah korban jiwa diperkirakan akan meningkat karena parahnya serangan udara tersebut.
Kantor tersebut menganggap serangan tersebut sebagai “pesan yang jelas” dari Israel dan pemerintah Amerika Serikat kepada Mahkamah Internasional (ICJ) dan komunitas global bahwa “pembantaian terhadap pengungsi dan anak-anak akan terus berlanjut, dan bahwa pelanggaran hukum internasional tidak akan ”berhenti”.
Sementara militer Israel mengeklaim bahwa serangannya terhadap Rafah yang telah menewaskan sedikitnya 35 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menargetkan “kompleks organisasi teroris Hamas di Rafah, tempat para teroris utama organisasi tersebut tinggal”.
Aljazirah melansir bahwa Israel mengeklaim serangan itu dilakukan “sesuai dengan hukum internasional, menggunakan amunisi yang tepat, dan berdasarkan intelijen awal yang menunjukkan penggunaan wilayah tersebut oleh teroris Hamas”. Militer Israel menambahkan bahwa mereka mengetahui “klaim” kebakaran yang terjadi di kawasan tempat perlindungan PBB yang menyebabkan “sejumlah orang yang tidak terlibat” terluka.
Militer Israel melakukan lebih dari 60 serangan udara di Rafah dalam 48 jam setelah Mahkamah Internasional memerintahkannya pada hari Jumat untuk menghentikan operasi militer di kota Gaza selatan, menurut sebuah pemantau hak asasi manusia.