Iran dan Rusia Sepakat Tak Lagi Pakai Dolar AS

Teheran — Iran dan Rusia telah menyelesaikan perjanjian untuk menggunakan mata uang lokal dalam aktivitas perdagangan bilateral mereka. Dengan demikian, kedua negara setuju untuk tidak lagi memakai mata uang dolar AS.

Media pemerintah Iran, dalam laporannya pada Rabu (27/12/2023) mengungkapkan, perjanjian penggunaan mata uang lokal untuk perdagangan bilateral diselesaikan dalam pertemuan antara gubernur bank sentral kedua negara di Rusia. “Bank dan pelaku ekonomi kini dapat menggunakan infrastruktur, termasuk sistem antar bank non-SWIFT untuk bertransaksi dalam mata uang lokal,” kata media pemerintah Iran.

Saat ini, Iran dan Rusia sama-sama menghadapi sanksi ekonomi dari AS. Tak lama setelah perang di Ukraina pecah pada Februari 2022, Uni Eropa bersama AS dan Inggris memutuskan mendepak Rusia dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication atau SWIFT. Ia merupakan jaringan keamanan tinggi yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan di seluruh dunia.

SWIFT memungkinkan bank untuk memindahkan uang dengan cepat dan aman, mendukung triliunan dolar dalam arus perdagangan serta investasi. Dikeluarkannya Rusia dari SWIFT dianggap sebagai hukuman ekonomi terberat. Karena dengan sanksi itu, Moskow menjadi lebih terisolasi secara ekonomi dibandingkan sebelumnya.

Sejak menghadapi sanksi ekonomi bertubi-tubi dari Barat, Moskow berusaha membangun jaringan perdagangan alternatif dengan negara-negara Afrika, Asia, dan Timur Tengah. Iran menjadi salah satu negara yang dipilih Rusia untuk mengembangkan kerja sama ekonomi dan perdagangan.

Pada 25 Desember 2023, anggota Uni Ekonomi Eurasia yang dipimpin Rusia telah menandatangani perjanjian perdagangan bebas penuh dengan Iran. Pemerintah Iran mengungkapkan kerja sama militer mereka dengan Rusia juga semakin berkembang.

Bulan lalu, Iran mengumumkan telah menyelesaikan pengaturan bagi Rusia untuk menyediakan jet tempur Su-35, helikopter serang Mi-28, dan pesawat pelatihan pilot Yak-130. Selain Iran, Rusia juga mempererat hubungan kerja samanya dengan Cina.

Pekan lalu Presiden Cina Xi Jinping mengatakan, dia ingin mempertahankan hubungan dekat dengan Rusia. Menurutnya, tindakan tersebut merupakan pilihan strategis bagi negaranya.

“Mempertahankan dan mengembangkan hubungan Cina-Rusia adalah pilihan strategis yang dibuat oleh kedua belah pihak berdasarkan kepentingan fundamental kedua bangsa,” kata Xi ketika menerima kunjungan Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin, 20 Desember 2023 lalu, dilaporkan China Central Television.

Menurut Xi, Rusia dan Cina terus memperkuat dampak positif dari hubungan politik tingkat tinggi bilateral. Xi mengatakan, Beijing dan Moskow terus memperdalam kerja sama di bidang ekonomi, perdagangan, energi, konektivitas, serta bidang-bidang lainnya.

Mikhail Mishustin menyampaikan terima kasih atas kepemimpinan Xi Jinping. “Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih kepada Anda dan seluruh kolega kami di Cina atas hubungan baik serta kerja sama yang konstruktif. Saya yakin pencapaian baru yang lebih besar menanti kita di tahun mendatang,” kata Mishustin, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS. Red dari berbagai sumber

 

Sharing

Leave your comment