Hamas Tolak Terlibat Perundingan Apapun Pasca Serangan Israel di Rafah
Hamas, kelompok perjuangan Palestina, telah secara resmi mengumumkan bahwa mereka tidak akan terlibat dalam perundingan apa pun menyusul serangan Israel yang brutal di kamp pengungsi di Kota Rafah, Gaza selatan. Serangan tersebut, yang terjadi pada Jumat malam, telah menyebabkan kematian 41 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, serta menyebabkan luka-luka pada banyak orang lainnya.
Pernyataan resmi dari Hamas menyebutkan bahwa tidak ada niat untuk melibatkan diri dalam perundingan dengan pihak manapun pasca-serangan tersebut. “Tindakan rezim Zionis di Rafah adalah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan, dan kami tidak akan terlibat dalam perundingan apa pun menyusul aksi bengis mereka,” kata seorang juru bicara Hamas melalui kantor berita Rusia, Sputnik.
Menurut laporan, serangan tersebut dilakukan tidak lama setelah perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Kairo, Mesir gagal mencapai kesepakatan. Respons dari Amerika Serikat juga mendapatkan sorotan tajam dari Hamas, dengan kelompok tersebut menuduh pemerintahan Presiden Joe Biden berperan serta dalam kejahatan tersebut karena dukungan yang diberikan kepada Israel.
Hamas juga menuntut agar keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) untuk segera diimplementasikan dan mendesak rezim pendudukan Israel untuk menghentikan aksi kekerasan terhadap warga sipil Palestina. Selain itu, mereka menyerukan kepada negara-negara, khususnya Mesir, untuk menekan Israel agar menarik pasukannya dari Rafah dan memfasilitasi evakuasi korban serta pengiriman bantuan kemanusiaan.
Kecaman internasional telah mengalir terhadap tindakan Israel, dengan banyak pemimpin dunia mengecam keras serangan tersebut. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Prancis Emmanuel Macron termasuk yang paling vokal dalam mengutuk aksi Israel di Rafah, kedua pemimpin menyerukan gencatan senjata segera dan menghormati hukum internasional.