Dunia Tutup Mata Israel Lakukan Pembersihan Etnis Di Gaza Utara

Author Avatar

GP

0Subscribers

Gaza Utara- Kondisi di Gaza Utara kini sunyi, nyaris tak berpenghuni. Berdasarkan laporan terbaru yang dibagikan oleh Louise Wateridge, seorang petugas UNRWA, situasi di wilayah tersebut semakin memburuk. Rumah sakit, sekolah, masjid, apartemen, dan restoran, yang sebelumnya menjadi pusat kehidupan warga Gaza, kini telah rata dengan tanah. kemana pun melangkah tak ada lagi kehidupan di Gaza utara. semuanya hilang, bangunan, aktivitas masyarakat, tawa dan canda anak anak pun menghilang dari Gaza Utara. Kekosongan Gaza utara ini akibat dari langkah Israel melakukan pengusiran massal terhadap warga sipil dan menghentikan segala bentuk bantuan kemanusiaan yang seharusnya bisa meringankan penderitaan mereka.

Ekspansi Permukiman Ilegal di Gaza Utara

Langkah Israel untuk memperluas permukiman ilegal di Gaza utara, yang berbatasan langsung dengan wilayah Erez, memperlihatkan ambisinya untuk menguasai lebih banyak lahan Palestina. Penghentian bantuan dan pengusiran warga adalah bagian dari strategi yang dikhawatirkan akan terus berlanjut dan mengancam kehidupan di Gaza Utara. Tanpa tindakan internasional, upaya perluasan wilayah ini hanya akan memperburuk penderitaan warga yang kehilangan rumah dan tempat perlindungan.

The New York Times melaporkan, sudah 1,8 juta penduduk Gaza atau 80 persen populasi meninggalkan hunian mereka sejak Israel membalas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Terdapat 1,8 juta orang mengungsi di wilayah seluas 200 kilometer persegi atau sepertiga luas kota Jakarta. Para pekerja kemanusiaan mengatakan tidak ada tempat yang aman di Gaza karena pertempuran terus berkecamuk dan meluas.

Pusat pengungsian di Gaza utara masih menampung 100.000 orang, di kota Gaza 50.000 orang, Deir al Balah 300.000 orang, Khan Younis, 200.000 orang, dan Rafah 400.000 orang. Daerah yang padat, minim pasokan air, dan sanitasi menjadi pemicu merebaknya wabah penyakit bersamaan dengan datangnya musim dingin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ribuan kasus gangguan pernapasan, diare, dan penyakit kulit di Gaza.

Kesulitan hidup di kamp pengungsi itu mirip kejadian ghetto Yahudi di Warsawa, Polandia, semasa pendudukan Nazi Jerman pada Perang Dunia II. Ketika itu, 460.000 orang Yahudi dipaksa hidup di wilayah 3,4 kilometer persegi. Rata-rata satu kamar dihuni 9 orang.

Mereka dihadapkan pada Solusi Akhir atau Endlossung oleh Nazi Jerman, diserang hingga penghabisan. Bangsa Yahudi selalu mengenang kehancuran ghetto Warsawa ketika tak ada lagi batu di atas batu. Semua hancur. Maka, seharusnya ingatan itu menjadi landasan untuk menghentikan serangan dan selanjutnya memperjuangkan perdamaian dan kemanusiaan bagi Israel dan Palestina

Lihat video selengkapnya: Dunia Tutup Mata Israel Lakukan Pembersihan Etnis Di Gaza Utara

PBB Desak Penghentian Pengusiran dan Pembersihan Etnis

Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, pada Rabu pekan lalu menyerukan agar masyarakat internasional berdiri teguh dalam mencegah “pembersihan etnis” di Gaza, namun AS dan sekutu barat Israel lainnya sejauh ini enggan menggunakan pengaruh mereka untuk menyerukan hal yang sama.

Ironisnya, krisis kemanusiaan di Gaza ini seakan luput dari perhatian dunia. Negara-negara yang berpengaruh di kancah global masih enggan menggunakan kekuatan diplomatiknya untuk menekan Israel menghentikan pengusiran ini. Minimnya respons dari masyarakat internasional menciptakan kesan bahwa penderitaan warga Gaza tidak menjadi prioritas bagi banyak negara di dunia. Jika sudah begini kemana lagi warga gaza harus berlindung?

Sharing

Leave your comment