Dampak Kemenangan Trump Terhadap Kebijakan AS di Timur Tengah

Warga Amerika Serikat telah memberikan suaranya dalam Pemilu Presiden 2024. Donald Trump mengungguli Kamala Harris dan kini bersiap untuk kembali ke Gedung Putih setelah empat tahun kepergiannya.

Kemenangan Trump dan Partai Republik di Senat diperkirakan akan berdampak besar terhadap situasi di Timur Tengah, termasuk kebijakan AS terhadap Iran dan perjanjian perdamaian regional.

Tonton Juga: Jill Stein Calon Presiden Amerika Serikat Pro Palestina

Sanam Vakil, Direktur Program MENA di lembaga pemikir Chatham House, mengatakan bahwa kembalinya Trump berpotensi memengaruhi perang Israel melawan Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon.

“Pemerintahan Trump akan berusaha menghentikan operasi militer yang sedang berlangsung di Gaza dan Lebanon, meskipun itu tidak serta-merta berarti perdamaian,” ujar Vakil, dilansir Al-Arabiya.

Menurut Vakil, negara-negara di Timur Tengah, baik sekutu maupun musuh, akan memperhatikan kebijakan AS yang baru. Hal ini akan memengaruhi langkah-langkah politik dan diplomatik di kawasan tersebut.

Baca Juga: Respons Dunia Islam atas Kemenangan Donald Trump

Pertanyaan utama adalah apakah pemerintahan Trump akan mengubah arah kebijakan di kawasan Timur Tengah, terutama dalam hal konflik dan diplomasi, dan apakah ia akan bekerja dengan Kongres yang kooperatif atau konfrontatif.

Salah satu kemungkinan adalah Trump kembali memberikan tekanan maksimal terhadap Iran, seperti yang terjadi selama masa jabatannya sebelumnya.

Setelah menarik diri dari perjanjian nuklir 2015, Trump memberlakukan sanksi baru yang berdampak parah pada perekonomian Iran. Sanksi tersebut membatasi ekspor minyak Iran dan memaksa negara tersebut untuk mengadopsi kebijakan ekonomi yang tidak populer.

Vakil juga memperkirakan Trump akan memperluas Kesepakatan Abraham, serangkaian perjanjian yang menormalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab. Pada 2017, Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan Kedutaan Besar AS ke sana.

Ia juga memfasilitasi Kesepakatan Abraham, yang bertujuan memberikan kedaulatan kepada Israel atas wilayah Palestina yang luas. Trump menyatakan akan berupaya memperluas perjanjian tersebut jika terpilih kembali.

Namun, Mairav Zonszein, pakar Israel dari International Crisis Group, mengingatkan bahwa masih terlalu dini untuk menilai bagaimana Trump akan menangani konflik di kawasan tersebut.

“Kita harus menerimanya dengan skeptis. Masih terlalu dini untuk mengatakan apa yang akan terjadi,” ujarnya.

Seorang analis politik Palestina, Ghassan Khatib, berpendapat bahwa Trump mungkin akan terus mendukung Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pertempuran di Gaza, Lebanon, dan Suriah, tanpa membiarkan Israel terlibat dalam perang besar-besaran dengan Iran.

Sumber Foto: CNN Indonesia

Sharing

Leave your comment