Astronaut Muslim Pertama: Menjelajahi Ruang Angkasa dengan Iman dan Sains
Tawaf tv, Pada tahun 1985, sejarah mencatat sebuah pencapaian penting, terutama bagi umat Muslim di seluruh dunia. Untuk pertama kalinya, seorang Muslim berhasil menembus batas atmosfer dan menginjakkan kaki di luar angkasa. Pangeran Sultan bin Salman Al Saud dari Arab Saudi, menorehkan tinta emas dalam riwayat.
Pangeran Sultan lahir pada 27 Juni 1956 di Riyadh, Arab Saudi. Ia berasal dari keluarga kerajaan Arab Saudi dan memiliki minat yang besar pada dunia penerbangan dan teknologi sejak usia muda. Ia adalah lulusan Syracuse University di Amerika Serikat, dengan latar belakang di bidang komunikasi massa. Sebelum menjadi astronaut, Pangeran Sultan bekerja di bidang penerbangan sipil dan merupakan salah satu perwira angkatan udara Arab Saudi.
Pada tahun 1985, NASA meluncurkan misi STS-51-G dengan pesawat ulang-alik Discovery. Misi ini melibatkan kolaborasi internasional yang mencakup astronaut dari berbagai negara. Pangeran Sultan diundang untuk bergabung dalam misi sebagai Payload Specialist. Misi STS-51-G adalah peluncuran satelit komunikasi dan pengujian eksperimen di ruang angkasa.
Tanggal 17 Juni 1985, Pangeran Sultan bersama enam kru lainnya diluncurkan dari Kennedy Space Center di Florida. Misi ini berlangsung selama 7 hari, 1 jam, dan 38 menit, dengan total 112 kali mengorbit bumi. Selama misi, Sultan terlibat dalam beberapa eksperimen, termasuk peluncuran satelit komunikasi Arab Arabsat-1B.
Baca juga: Al-Zahrawi: Bapak Bedah Modern
Baca juga: Al-Khawarizmi: Bapak Aljabar dan Pelopor Matematika Modern
Salah satu hal yang menarik dari misi ini adalah bagaimana Pangeran Sultan mempertahankan nilai-nilai dan praktik keagamaan sebagai seorang Muslim selama berada di luar angkasa. Ia menjadi Muslim pertama yang melaksanakan ibadah di luar angkasa. Dalam kondisi gravitasi mikro, melaksanakan salat menjadi tantangan tersendiri, karena tidak ada arah tetap untuk kiblat dan kondisi tubuh yang melayang.
Pangeran Sultan juga berpuasa selama misi, karena saat itu bertepatan dengan bulan Ramadan. Namun, karena kondisi khusus di ruang angkasa, ia mendapat izin untuk berbuka puasa saat berada dalam perjalanan, sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh ulama Arab Saudi.
Penerbangan Pangeran Sultan bukan hanya pencapaian pribadi, tetapi juga simbol penting bagi umat Muslim di seluruh dunia. Keberhasilannya menunjukkan bahwa sains dan agama dapat berjalan beriringan, bahkan dalam penjelajahan ruang angkasa. Ia menjadi inspirasi bagi generasi muda Muslim yang bermimpi menjadi ilmuwan dan astronaut.
Setelah kembali dari misi, Pangeran Sultan terus berkontribusi dalam perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di Arab Saudi. Ia kemudian menjabat sebagai Kepala Saudi Space Commission dan memainkan peran penting dalam pengembangan program luar angkasa Arab Saudi.
Setelah Pangeran Sultan, dunia melihat beberapa astronaut Muslim lainnya yang melakukan perjalanan ke luar angkasa. Salah satu yang terkenal adalah Sheikh Muszaphar Shukor dari Malaysia, yang menjadi astronaut Muslim pertama dari Asia Tenggara saat bergabung dalam misi ke Stasiun Luar Angkasa Internasional pada tahun 2007. Mereka melanjutkan warisan Pangeran Sultan dan menjadi inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia.
Keberanian dan keteguhan iman Pangeran Sultan dalam menghadapi tantangan di luar angkasa membuktikan bahwa keyakinan agama dan pencapaian ilmiah bukanlah dua hal yang saling bertentangan, melainkan bisa saling melengkapi. Sejarah mencatatnya sebagai astronaut Muslim pertama, sebuah tonggak penting dalam perjalanan manusia menjelajahi alam semesta, yang diharapkan akan terus menginspirasi generasi berikutnya untuk mencapai bintang-bintang, tanpa melupakan nilai-nilai spiritual mereka.
Foto: langit7.id